Papan Bunga Duka Cita Untuk Grand Heaven Funeral Home merupakan simbol penghormatan yang mendalam bagi keluarga yang sedang berduka. Di saat-saat sulit ini, kehadiran papan bunga dapat memberikan dukungan moral dan menunjukkan solidaritas kepada mereka yang kehilangan orang terkasih. Pesan karangan bunga duka cita di Toko Bunga Florist Kencana melalui WA nomor 0822-99148647, 0859-39626777 sekarang.
Prof. dr. Aryono D. Pusponegoro, SpBD-KVB
Guru besar Ilmu Bedah Digestif dan Dokter Spesialis Bedah Umum Dan Digestif Terbaik di Indonesia.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini memilih ilmu bedah digestif sebagai bidang kedokteran yang didalaminya. Karena ilmu bedah digestif memiliki ruang lingkup yang luas, diantaranya masalah penyakit kongenital, degeneratif, infeksi dan trauma. Pada pelantikannya sebagai Guru Besar, ia menyampaikan pidato tentang sumbangan ilmu bedah digestif pada penanggulangan trauma berat abdomen.
Setelah lulus dari SMA Teladan di tahun 1959, pria kelahiran Cirebon ini melanjutkan pendidikannya di jurusan Kedokteran Umum Universitas Carolina Pragnesis di Praha, Cekoslovakia (1967). Setelah itu, Ia mengambil spesialisasi bedah (1973) dan Sub Spesialis Bedah Digestif di Bagian Ilmu Bedah FKUI. Prof. dr. Aryono telah menghasilkan puluhan karya ilmiah yang terdiri dari 21 karya ilmiah yang dipublikasikan sebagai penulis utama, 5 karya ilmiah sebagai penulis pembantu dan 81 karya ilmiah yang yang dibacakan pada pertemuan di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga telah menerbitkan beberapa buku baik sebagai penulis maupun editor, diantaranya buku Stoma Care, Total Care for digestive Surgery 2nd Edition (2000), Manual Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit (2001), Manual Hospital Preparedness for Emergencies and Disaster (2003), dll.
Prof. Aryo dikenal sebagai guru yang sangat terbuka. Ini dapat dilihat dari pendapat beliau tentang pendidikan ilmu bedah saat ini. Beliau sangat menghargai dokter-dokter dari luar negeri yang masih muda tetapi sudah menjadi ahli pada suatu bidang. Beliau melihat bahwa ini disebabkan karena pendidikan kedokteran di luar negeri berorientasi organ. Sedangkan di Indonesia, pendidikan kedokteran terutama spesialis masih terlalu luas sehingga tidak ada penguasaan organ yang mendalam.
Prof. Aryo berpendapat pendidikan kedokteran di Indonesia harus mulai “re-organize” mengikuti luar negeri. Prof. Aryo memakai contoh negara tetangga Malaysia dan Singapura yang mau mengikuti pelatihan ke luar dari negara mereka. Prof. Aryo ingin Indonesia juga mengejar kedua negara tersebut karena seperti kita ketahui pada tingkat ASEAN sudah disetujui kesamaan kurikulum pendidikan. Beliau juga mengajak semua peserta didik baik kedokteran umum maupun spesialis untuk mau terbuka dan berusaha mencari peluang beasiswa dari luar negeri. Lebih lanjut mengenai hal ini, Prof. Aryo menambahkan pendapat mengenai dokter asing yang akan bekerja di Indonesia, beliau sangat menerima dokter-dokter tersebut karena akan meningkatkan pelayanan terhadap seluruh masyarakat. Tetapi Prof. Aryo menambahkan bahwa untuk mencapai pemerataan pelayanan pada seluruh masyarakat harus diimbangi dengan usaha pemerintah dalam hal pemerataan ekonomi.
Jam terbangnya untuk terjun langsung dibidang penanganan bencana juga tak perlu diragukan lagi, lihat saja dimana beliau telah dipercaya untuk menjadi team leader medical relief of disaster pada beberapa kejadian bencana di tanah air antara lain ; train crashes 1987 dan 1990 yang terjadi di Jakarta, Earthquake Liwa, Earthquake Kerinci di Sumatera, Earthquake Biak di Irian jaya. Atas perhatian dan dedikasinya tersebut, pemerintah menganugerahkan Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 dan penghargaan Abdurrahman Saleh dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 2006.
Guru besar Ilmu Bedah Digestif dan Dokter Spesialis Bedah Umum Dan Digestif Terbaik di Indonesia.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini memilih ilmu bedah digestif sebagai bidang kedokteran yang didalaminya. Karena ilmu bedah digestif memiliki ruang lingkup yang luas, diantaranya masalah penyakit kongenital, degeneratif, infeksi dan trauma. Pada pelantikannya sebagai Guru Besar, ia menyampaikan pidato tentang sumbangan ilmu bedah digestif pada penanggulangan trauma berat abdomen.
Setelah lulus dari SMA Teladan di tahun 1959, pria kelahiran Cirebon ini melanjutkan pendidikannya di jurusan Kedokteran Umum Universitas Carolina Pragnesis di Praha, Cekoslovakia (1967). Setelah itu, Ia mengambil spesialisasi bedah (1973) dan Sub Spesialis Bedah Digestif di Bagian Ilmu Bedah FKUI. Prof. dr. Aryono telah menghasilkan puluhan karya ilmiah yang terdiri dari 21 karya ilmiah yang dipublikasikan sebagai penulis utama, 5 karya ilmiah sebagai penulis pembantu dan 81 karya ilmiah yang yang dibacakan pada pertemuan di dalam dan luar negeri. Selain itu, ia juga telah menerbitkan beberapa buku baik sebagai penulis maupun editor, diantaranya buku Stoma Care, Total Care for digestive Surgery 2nd Edition (2000), Manual Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit (2001), Manual Hospital Preparedness for Emergencies and Disaster (2003), dll.
Prof. Aryo dikenal sebagai guru yang sangat terbuka. Ini dapat dilihat dari pendapat beliau tentang pendidikan ilmu bedah saat ini. Beliau sangat menghargai dokter-dokter dari luar negeri yang masih muda tetapi sudah menjadi ahli pada suatu bidang. Beliau melihat bahwa ini disebabkan karena pendidikan kedokteran di luar negeri berorientasi organ. Sedangkan di Indonesia, pendidikan kedokteran terutama spesialis masih terlalu luas sehingga tidak ada penguasaan organ yang mendalam.
Prof. Aryo berpendapat pendidikan kedokteran di Indonesia harus mulai “re-organize” mengikuti luar negeri. Prof. Aryo memakai contoh negara tetangga Malaysia dan Singapura yang mau mengikuti pelatihan ke luar dari negara mereka. Prof. Aryo ingin Indonesia juga mengejar kedua negara tersebut karena seperti kita ketahui pada tingkat ASEAN sudah disetujui kesamaan kurikulum pendidikan. Beliau juga mengajak semua peserta didik baik kedokteran umum maupun spesialis untuk mau terbuka dan berusaha mencari peluang beasiswa dari luar negeri. Lebih lanjut mengenai hal ini, Prof. Aryo menambahkan pendapat mengenai dokter asing yang akan bekerja di Indonesia, beliau sangat menerima dokter-dokter tersebut karena akan meningkatkan pelayanan terhadap seluruh masyarakat. Tetapi Prof. Aryo menambahkan bahwa untuk mencapai pemerataan pelayanan pada seluruh masyarakat harus diimbangi dengan usaha pemerintah dalam hal pemerataan ekonomi.
Jam terbangnya untuk terjun langsung dibidang penanganan bencana juga tak perlu diragukan lagi, lihat saja dimana beliau telah dipercaya untuk menjadi team leader medical relief of disaster pada beberapa kejadian bencana di tanah air antara lain ; train crashes 1987 dan 1990 yang terjadi di Jakarta, Earthquake Liwa, Earthquake Kerinci di Sumatera, Earthquake Biak di Irian jaya. Atas perhatian dan dedikasinya tersebut, pemerintah menganugerahkan Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 dan penghargaan Abdurrahman Saleh dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 2006.
Comments
Post a Comment